Selamat Membaca ^_^
Suara alarm di hpku membangunkanku dari dunia mimpi. “Jam tiga.” gumamku yang masih setengah sadar. “Sepertinya aku mengatur jamnya terlalu awal.” kataku sambil menghela nafas yang cukup panjang. Karena bosan ku putarkan lagu the GazettE kesukaanku untuk meramaikan suasana yang hening ini. Aku tau aku memang berbeda dengan teman-temanku yang menyukai K-pop dan lagu barat lainnya. Hanya aku sendiri yang menyukai J-rock (Jepang Rock) visual kei dan jejepangan lainnya sampai-sampai bahasanya aja kupelajari. Memang tak ada hubungannya dengan pelajaran tapi aku menyukai bahasa Jepang yang menurutku sangat mudah untuk di pelajari dan di hapalkan daripada bahasa Inggris. Tapi sayang aku baru mempelajarinya waktu kelas 9 SMP bulan Agustus, jadinya hanya hal-hal dasarnya aja yang bisa aku pelajari.
Suara alarm di hpku membangunkanku dari dunia mimpi. “Jam tiga.” gumamku yang masih setengah sadar. “Sepertinya aku mengatur jamnya terlalu awal.” kataku sambil menghela nafas yang cukup panjang. Karena bosan ku putarkan lagu the GazettE kesukaanku untuk meramaikan suasana yang hening ini. Aku tau aku memang berbeda dengan teman-temanku yang menyukai K-pop dan lagu barat lainnya. Hanya aku sendiri yang menyukai J-rock (Jepang Rock) visual kei dan jejepangan lainnya sampai-sampai bahasanya aja kupelajari. Memang tak ada hubungannya dengan pelajaran tapi aku menyukai bahasa Jepang yang menurutku sangat mudah untuk di pelajari dan di hapalkan daripada bahasa Inggris. Tapi sayang aku baru mempelajarinya waktu kelas 9 SMP bulan Agustus, jadinya hanya hal-hal dasarnya aja yang bisa aku pelajari.
Alasan aku menyukai band the GazettE adalah (hampir)
semua lagu-lagunya mempunyai arti makna yang sama dengan kehidupanku dan jalan
kehidupan para pesonil the GazettE terutama sang vokalis yaitu “ingin
membahagiakan orang tuanya dan menghapus semua kesalahan-kesalahan mereka di
masa lalu dengan cara akan mengurusi orang tuanya selamanya sampai di hari
tuanya nanti.”
kata-kata dari sang vokalis itu masih tergiang olehku. Benar-benar mereka
sangat menyanyangi orang tuanya terutama sang ibu. Aku benar-benar kagum dengan
kehiduapan mereka tapi yang lebih aku kagumi adalah sang vokalis the GazettE
yang bernama Ruki. Walaupun dulu ayahnya sering menentangnya untuk membuat band
tapi dia akan berusaha agar sang ayah mengakui dia dan lihatlah sekarang the
GazettE adalah band yang sudah dikenal di mata dunia terutama di Eropa, sungguh
pasti ayahnya Ruki menyesal dulu telah membuang anaknya
Tiba-tiba suara hpku membangunkanku dari lamunan, aku
memasang ringtone Tomorrow’s Never Deis di hpku..
From
Ilham
Bangun
endut!!!! Waktunya sholat endut q ^0^
“Astaga!!!
Dari tadi sudah subuh!!! ” teriakku tanpa sadar dan langsung
menutup mulutku sendiri. Ternyata setingan jam di hpku belum aku atur daritadi.
To
Ilham
Makasih
yo tengkorak hamham. Yo2 entar aku sholat sekalian mandi XD
Waktu sudah beranjak lalu. Matahari sudah
menampakkan dirinya dan suara-suara ayam bekokok membangunkan orang-orang yang
masih sedang asik di alam mimpinya. Kini aku sedang siap-siap untuk berangkat
sekolah.
“Mama papa kemana?” tanyaku ke mama yang sedang
nyiapin sarapan pagi.
“Papa sudah berangkat waktu subuh sayang.”
jawab mama. Aku hanya memandang hampa punggung sang mama. Rasanya aku tak mau
sekolah. Bukan berarti aku gak mau belajar hanya saja tidak mau menerima
kenyataan. Kalau bisa aku ingin berharap tidur
selamanya.
“Ade, waktunya sarapan.” mama menepuk pundakku, sentuhan itu
benar-benar hangat rasanya.
“Ah iya ma.”
kataku canggung.
Selesai sarapan aku berpamitan sama mama untuk pergi
ke sekolah,
tidak lupa dengan mencium tangan milik mama.
“Sari”di tengah jalan yang tak jauh dengan rumah ada
seseorang yang memanggilku, rasanya pernah mendengar suara itu. Karena
penasaran aku menengok ke arah sumber suara tersebut.
“Kak imam, ada apa?” tanyaku
“Hmm, kamu berangkat naik angkot. Kalau gak
kebaratan mau kakak anterin sekolah,”
tawar Kak
Imam.
“Soalnya kakak
khawatir ade kenapa-kenapa.”
“Baiklah kak.”
jawabku.
Aku dan Kak
Imam kini sedang naik motor milik kak Imam. Angin-angin yang telah di buat oleh
lajuan motor Kak
Imam membuat kerudung milikku melaimbai-lambai. Alat transportasi sudah menjadi
hiasan-hiasan indah di jalanan dengan kemacetan yang tidak terlalu parah karena
ini belum mencapai puncak waktunya. Suara kendaraan yang menjadi lagu buat
keseharianku tiap berangkat dan pulang sekolah. Asap kendaraan yang selalu
menjadi hiasan di udara walaupun hiasan itu bisa membuat orang menjadi tak
tahan dan tidak bagus buat kesehatan tubuh.
Gedung sekolahpun sudah mulai terlihat dan aku juga
melihat anak-anak yang memakai seragam SMPN 3 juga sudah melihatku. Aih, aku di
liatin oleh salah satu teman sekelasku karena di bonceng sama Kak Imam. Tapi apa daya aku juga di
paksa. Aduh-aduh pasti bakal di kira pacarku padahal cumin tetangga sekaligus
kakak angkatku.
“Dek, sudah sampai.” kata kak Imam yang menyadarkanku dari
lamunanku.
“Ah iya, makasih kak sudah mau anterin aku berangkat
sekolah” aku memberikan senyum kepada kak Imam sesudah mencium tangannya.
“Gak masalah kok dek. Kebetulan kakak di izinkan
bawa motor sama Ibu jadinya bisa anterin adek.” kata kak Imam memberikan seulas senyum
yang sangat manis. “Hm, adek mau kakak jemput pulang. Ya, biar sekalian gitu.” tawar kak Imam
“Hm, boleh. Makasih Kak, jadi, gak enak hati. Aku mau masuk
sekolah dulu ya kak. Daah!!!”
akupun berjalan mundur ke gerbang sekolah sambil melambaik-lambaikan tangan ke kak
Imam.
Sepanjang di perjalanan menuju kelas. Aku melihat
anak-anak yang sepertinya sedang membisikkan sesuatu. Ckckck, aku gak suka
suasana kaya gini. Akhirnya aku mempercepat laju jalanku untuk ke kelas. Tiba
di kelas, aku di jegat oleh dua orang gadis cantik di kelasku. Sebenarnya mereka
mau apa sih?
“Maaf tapi aku mau lewat.” kataku sopan.
“Tadi yang anterin lu itu siapa?” Tanya cewek
berambut hitam panjang yang diurai lalu di hiasi bando jadi terlihat indah.
“Oh, itu tetanggaku.” jawab aku dengan cengiran khas
milikku.
“Eh, lu bisa gak nyengir?!! Kaya orang gila tau.” katanya tajam membuat jantungku
berdetak lumayan keras.
“Hehehe,
maaf habis sudah kebiasaan.”
aku berusaha menenangkan persaanku. “Aku mau duduk dulu ya Dhea dan Nindya” akupun langsung
melewatinya dan sekarang duduk di bangkuku yang urutan ke empat di bagian
tengah sebelah kiri dari papan tulis dimana sahabat setiaku Astri sedang
membaca buku.
“Yo, Astri,
lagi apa?” tanyaku basa-basi.
“Lagi baca buku.” jawab Astri cuek.
“Eh, Astri Astri Astri, hari ini aku dianterin sama kakak
angkatku dong” kataku dengan nada kekanak-kanakan.
“Gimana dengan Ilham? Apa dia kamu lupain?” kata
Astri yang masih cuek. Aih, kenapa dengan sahabatku tersayangku ini? Kok
tiba-tiba jadi cuek. Betul juga akhir-akhir ini aku jarang sekali sms dan
ketemu sama Ilham. Entah kenapa sejak aku kenalin Ilham ke dia sikapnya jadi
berubah cuek gini tiap aku cerita tentang kak Imam?
“Sari,
kenapa melamun?” Astri melambai-lambaikan tangannya tentu aja aku yang daritadi
berdiri di tempat langsung kaget dan hampir aja terjatuh karena tasku yang
beratnya tak kira-kira.
“Ahahaha,
gak kenapa-kenapa kok, Astri.” aku hanya bisa tertawa garing dan duduk di
sebelahnya. “Astri kamu mau aku comblangin gak sama kakak angkatku.” kataku
riang
“What?!!” kaget Astri
“Iyo” aku malah menyengir
“Hm, ok deh. Tapi orangnya harus yang tampan yo”
kata Astri tentu aja.
“Ok!!! Pulang sekolah kita langsung temuin kak Imam”
ujuarku bersemangat empat lima.
.
OOOoooOOO
.
Bel kemenangan akhirnya berbunyi sudah. Dengan
semangat aku langsung menarik tangan sahabatku Astri. Mungkin Astri juga bakal
merasa repot punya sahabat kaya aku yang gaje dan punya semangat terlalu tinggi
ini.
Sesampai di gerbang sekolah aku melihat semeku
tercinta. “Ilham” akupun langsung lari ke arah Ilham yang tepat berdiri di
gerbang sekolah. “Kenapa ke sini?” tanyaku.
“Jadi, ini ya sekolahan Sari.” gumam Ilham yang
masih terdengar di kupingku. “Aku hanya temani Imam untuk menjemput adik
angkatnya.” jawab Ilham yang sepertinya kaget.
“Ah, adik angkatnya Kak Imam itu aku tengkorak
hamham” kataku sedikit mengejek.
“Jadi adik angkatnya Imam itu ukeku yang endut ini”
Ilham gak mau kalah dengan ejekkanku tadi.
“Dek, kakak tunggu di radio dakta malah belum muncul,
ternyata sama Ilham” omel kak Imam. “Kalian punya hubungan apa?” kak Imam
menatap tajam ke arah Ilham.
“Kau gak tau Imam. Aku dan adik angkatmu yang endut
itu pacaran. Kami sudah dua bulan lamanya pacaran” Ilham tak takut dengan
tatapan tajam milik kak Imam justru merangkul leherku.
“Jangan di sini mesra-mesraannya tengkorak hamham”
aku langsung menyikut perut Ilham dan sepertinya Ilham merasa kesakitan.
“Oh ya, kak, perkenalkan ini Astri teman sekelasku”
aku memperkenalkan Astri sama kak Imam.
“Namaku Imam tetangganya Sari sekaligus kakak
angkatnya. Makasih sudah mau jadi teman adikku. Sari juga sudah sering cerita
banyak tentang dirimu Astri. Ternyata kau ini pintar juga, harusnya Sari juga
harus banyak belajar darimu” kata kak Imam panjang lebar.
“Ok!! Kalau gitu kita jalan-jalan aja dulu. Sekalian
kalian juga pendekatan gitu hohoho” kataku asal jeplak dan langsung menarik
tangan Ilham agar tidak di jitak sama kak Imam. “Aku sama hamham kak Imam sama
Astri yo” teriakku dari arah radio dakta.
.
OOOoooOOO
.
Di sepanjang jalan menuju ke rumah Astri yang di
Grandwisata. Dimana taman tersebut terdapat pepohonan yang rindang dan banyak
bunga yang bemekaran indah bunga-bunga tersebut memiliki warnah beraneka ragam
selayaknya warna pelangi. Kicauan-kicauan yang bernyanyi dengan indahnya. Suara
tiupan angin yang di padukan suara injakkan daun-daun kering. Benar-benar suara
alam yang sangat menakjubkan. Di tengah-tengah tersebut terdapat danau kecil
yang sangat indah. Airnya sangat jernih dan bersih. Udara disini juga cukup
menyegarkan. Dan tidak lupa dengan pedagang-pedang kaki lima yang telah
menhiasi taman tesebut. Suasana bagus untuk kencan.
“Bagus ya tamannya.” kata Ilham yang berada di balik
helm miliknya.
“Iya ham, bagus sekali. Cocok buat kencan.” kataku
senang.
Pada akhirnya kami berempat memutuskan untuk
memakirkan motor. Aku dan Astri berjalan ke arah pohon yang besar dekat danau
sedangkan Ilham dan Kak Imam sedang memakirkan motor mereka masing-masing.
“Huwaaaaa indah sekali!” teriakku dan langsung di
cubit oleh Astri karena diliatin oleh orang banyak. Aku hanya menyengir gak
jelas.
“Dek, jangan teriak-teriak kaya anak kecil. Kamu itu
kan udah gede tahu.” Kak imam menjitak kepalaku dari belakang. Tidak sakit
karena Kak Imam menjitakku dengan pelan.
“Aih, tiba-tiba datang dan langsung jitak aja kak”
protesku langsung mengembungkan pipi kesal.
“Sudah-sudah kalian ini bukannya kakak-adik. Kenapa
harus tengkar begini? Entar pak Ogah datang minta duit seceng loh.” kata Ilham
berusaha mencairkan suasana.
“Bukan Pak Ogah, tapi Pak Palak.” kataku mulai
ngawur.
“Klo ada Pak Palak ato Pak Ogah tinggal di tendang
aja.” jeplak Astri asal.
“Jyah, jangan Astri kasihan mereka kita gendong lalu
di ceburin aja hahaha.” akupun mulai tertawa geli.
“Yeah, dek, itu mah sama aja.” kata Kak Imam.
Dan kami berempat mulai tertawa gembira. Disaat itu
pula Kak Imam dan Astri jadian karena perasaan yang tumbuh diantara mereka. Dan
yang membuatku semakin senang kami berempat menjadi sahabat dan akan menjaga
perasaan pasangan kami masing-masing.
.
OOOoooOOO
.
Tanpa terasa sudah dua minggu setelah kejadian itu.
Akhir-akhir ini sikap Kak Imam kepadaku berubah. Aku bingung dengan sikapnya
yang mudah sekali marah-marah. Dan akhir-akhir ini pesahabatan yang telah kami
jalani selama dua minggu mulai melonggar. Apa yang terjadi? Kenapa aku marahan
sama Kak Imam begitu menyakitkan? Ya Allah tolong jangan sampai gara-gara ini
persahabatan kami jadi putus. Aku gak mau.
Seperti biasa aku berangkat sekolah bersama papa.
Suasana yang sangat ramai bagiku itu adalah suara keheningan karena saat ini
hatiku yang berada di ruangan kosong. Aku mendongak ke atas kulihat langit
terasa biru tapi di mataku langit yang biru itu juga terasa kosong. Suasana
hatiku sekarang benar-benar kosong tak ada rasa sama sekali.
“Hallo, cantik. Gimana kabarnya? Apakah baik
cantik?” terdengar suara yang aku kenal sebelumnya.
“Dhea, ngapain kamu di depan gerbang sekolah?”
Tanyaku
“Lagi nungguin kamu cantik. Eh, mana kakak-kakak SMA
yang sering anterin kamu cantik?” kata Dhea dengan nada yang mengejek.
“Hm, aku lagi tengkar sama dia.” ucapku parau
“Oh, kasiahan sekali ya. Eh loe tau gak kalau Kak
Imam itu sebenarnya suka sama loe. Dan loe tau gak kalau Kak Imam dan Astri itu
cuman berpura-pura pacaran. Jujur ya si Astri itu ingin sekali merebut Ilham
dari loe” kata Dhea tepat di telingaku dan dia langsung pergi begitu aja.
“Gak mungkin Astri suka sama Ilham. Bukannya dia gak
suka sama Ilham” pikirku dan langsung berlari mencari Astri. Dimana? Dimana kau
Astri? Aku harus tau kebenarannya.
“Ketemu” gumamku melihat Astri yang duduk depan lab
IPA. “Astri” panggilku dan Astripun menengok ke arahku
“Ada apa, Sar?” tanya Astri bingung.
“Astri kata Dhea kamu suka sama Ilham. Apa itu
benar?” tanyaku balik dengan mata yang berkaca-kaca.
“…” Astri tak menjawab. Dia hanya terdiam membisu.
Sampai ada seseorang yang mengganggu suasana keheningan ini.
“Astri, tolong kamu bantu Bapak, antarkan buku-buku
tulis itu ke ruangan.” suruh Pak Abdul.
“Baik pak.” Astri langsung berlari ke arah lab IPA.
Aku melihat kalau Pak Abdul sedang memandangi Astri dengan tatapan mesum. “Ckckck,
itu guru biologi mesum amet yo” decakku.
Akhirnya aku memutuskan untuk ke kelas. Ya, gak
mungkin Astri suka sama Ilham. Aku harus percaya sama dia lagi pula aku tau
dari dulu Dhea gak suka dengan persahabatan kami berempat. Entar di kelas aku
minta maaf aja deh.
Aku melihat Astri dan Pak Abdul masuk ke kelas. Dia
menaruh tumpukan buku tulis ke meja guru dan kembali duduk disamping aku.
Akupun meminta maaf dan Astri hanya tersenyum padaku. Itu bukan senyum Astri
yang selalu aku lihat, begitu parau. Aku tau kau membohongiku. Kenapa denganmu
Astri? Selama pelajaran berlangsung aku gak kosentrasi, tapi biasanya aku gak
pernah konsen ya. Ah, sudahlah pasti semua akan baik-baik saja.
“Agris, boleh aku pinjam laptopmu.” pintaku kepada
Agristya sahabatku.
“Tentu aja. By the way Sari lagi tengkar ya sama
Astri. Biasanya akrab” kata Agristya dan membuat jantungku berdetak kencang lagi.
“…” aku hanya terdiam dan hanya memandangi laptop
milik Agristya.
“Ahh, kanyaknya Sari gak mau membahas hal itu kan.
Baiklah aku akan diam. Aku mau pergi ke kantin.” Agristya mulai beranjak dari
duduknya tapi ku cegah dia dengan memegang erat tangannya.
“Entah kenapa aku merasa aneh.” ucapku lirih.
“Aku tau kamu
tengkar dengan Kak Imam. Kau marah sama Kak Imam sebab dari dulu Kak Imam gak
suka hubungan Sari dengan Kak Ilham. Ap-… “ tiba-tiba saja perkataan Agristya
di potong sama seseorang yang telah memanggilnya. Aku merasa kecewa.
.
OOOoooOOO
.
Pulang sekolah aku melihat Astri dengan Ilham.
Bukannya Ilham lagi sibuk dengan sepak bola, tapi kenap dia ada disini? “Aku
gak mau membohongi perasaanku Astri.” kata Ilham. Aku celingak-celinguk mencari
tempat yang aman untuk bersembunyi. “Aku tau aku pacaran sama Sari, tapi entah
kenapa perasaanku mulai berubah. Karena aku suka sama kamu Astri.”
Lagi-lagi jantungku mulai berdetak. “Kenapa?”
gumamku dan tanpa sadar kakiku keluar
dari tempat persembunyian. “Ini bohongkan.” aku mencoba untuk tidak menerima
kenyataan. “Jawab aku Ilham!!!” teriakku dengan buliran air mata yang satu
persatu terjatuh.
“…” Ilham hanya terdiam saja.
“Sari ini kami cuman.” Astri berusaha untuk memberi
alasan.
“Sudah cukup aku gak mau dengar alasan kalian lagi!”
aku langsung berlari tanpa arah sampai aku menabrak seorang laki-laki SMA.
“Ah, maaf aku gak sengaja.” kataku langsung minta
maaf.
“Gak apa-apa kok, dek.” suara ini aku pernah kenal.
Aku langsung mendongak. “Kak Imam” aku kaget. “Kak huweeeeee” tiba-tiba aku
memeluk Kak Imam.
“Ka-kau kenapa, dek?” Kak Imam dengan ragu-ragu
membalas pelukku yang secara tiba-tiba dan di saat itu pula Ilham dan Astri
datang. Kami berempat memutuskan untuk duduk di toko kelenger dekat SMPN 18.
“Jadi selama ini Kak Imam dan Astri pura-pura
pacaran” aku tersentak kaget.
“Iya” kata Kak Imam dan Astri berbarengan.
“Sari maaf ya. Aku…-“ perkataan Ilham aku potong.
“Sudahlah kamu suka sama Astri bukan. Gak apa-apa
kok. Tapi asal persahabatan ini tetap utuh gak masalah” aku mencoba tersenyum.
“Ck, sial. Kenapa jadi begini?” kata Dhea yang
muncul dari balik mobil berwarna hitam mengkilat. “Seharusnya kalian saling
benci atau apalah tapi ini.” sepertinya Dhea kurang suka dengan rencana gagal
ini. Maksudnya, apa?
“Kayaknya kedokmu ketahuan juga, Dhea” kata Agristya
yang pura-pura jadi penjualan klenger.
“Loh kok Agris sama Citra ada disini??” aku jadi
tambah bingung. Sebenarnya, ada apa ini?
“Sialan kalian akan aku balas nanti!!!” teriak Dhea
sudah kaya orang gila dan langsung pergi entah ke mana.
.
OOOoooOOO
.
Di sebuah ruang kelas dekat kamar terdapat dua orang
gadis cantik sedang membicarakan sesuatu.
“Eh, Nindy, gw pengen ngerjain itu anak dua.” kata
gadis cantik berambut panjang di kuncir kuda tengah duduk depan kelas dekat
kamar mandi.
“Menurut gw, loe lebih baik ngerjain bocah gaje itu
deh” kata gadis berkerudung segi empat.
Ditengah pembicaraan dua orang gadis cantik. Ada
sebuah bayangan yang sedang mengintip kedua orang gadis tersebut.
“Gimana klo kita buat mereka menangis” gadis
berkucir kuda mencentikkan jari kananya.
“Maksud loe??” gadis berkerudung segi empat tidak
mengerti.
“Bego loe dasar! Ya, buat mereka sakit hati” gadis
berkuncir kuda seringai licik.
“Caranya? Merekakan gak punya pacar sayang” ucap
gadis berkerudung segi empat males.
“Kita tunggu aja nanti. Pasti menyenangkan” seringai
setan gadis berkuncir kuda bertambah.
“Ternyata Dhea dan Nindya ingin mengerjai Astri dan
Sari. Aku harus cari akal untuk membatalkan niat jahat mereka. Tapi bagaimana
caranya? Apa aku perlu berdiskusi dengan mereka dulu aja?” batin bayangan
tersebut dan langsung pergi secara diam-diam.
Di suatu taman Grandwisata terdapat dua orang cowok
ganteng yang memakai seragam SMA dan tiga orang cewek cantik memakai seragam
SMP tengah berdiri dekat pohon besar.
“Mereka bermaksud membuatku dan Sari sakit hati??”
gadis yang mirip cowok tersebut terlihat bingung.
“Iya, Astri” gadis manis berambut panjang sepunggung
dengan hiasan bando dan jepitan di atas kepalanya, bernama Agristya.
“Gimana kalau kita kerjain mereka?” cowok SMA yang
memiliki ukuran badan tinggi berambut pendek sedikit botak, bernama Ilham.
“Emang apa rencana loe, Ham?” tanya cowok SMA yang
sedikit lebih pendek dari cowok yang disebelahnya berambut pendek dengan poni
yang berdiri ke atas, bernama Imam.
“Gw pura-pura pacaran sama adek angkat loe a.k.a
Sari. Ya, buat mereka berfikir kalau gw memang benar-benar pacaran sama Sari.
Nah, pasti mereka juga berfikir kalau mereka ingin memanas-manasin Sari dengan
melihat keakraban gw sama Astri dan sebaliknya loe juga pura-pura pacaran sama
Astri” kata Ilham.
“Gila loe, Ham! Gw gak bakal tega melakukan hal itu
sama Sari. Loe tau gak perasaan Sari kalau tau hal ini” Imam mulai naik pitam
dan menarik kerah baju .
“Tenangkan dirimu, kak” gadis yang umurnya paling
kecil dengan rambut panjang sepinggang di urai dengan indah, bernama Citra
berusaha menenangkan Imam. Imam langsung melepaskan kerah baju Ilham dan
langsung menendang batu ke kolam dengan kesal.
“Gak ada cara lain, Kak. Selain cara ini” kata
Agristya mendukung rencana Ilham.
“Kak Imam, menurutmu bagaimana? Apa setuju?” tanya
Astri yang sendari tadi diam. “Kalau gw setuju aja. Ya, walaupun gw bakal
cemburu karena pacar gw bakal di pacarin oleh Sari”
Imam mulai mengendalikan amarahnya. Dia menghela
nafas berkali-kali. “Ini demi kebaikan Kak Sari juga, Kak” Citra juga ikut
mendukung rencana Ilham.
“Loe boleh hajar gw kalau Sari sudah tau rencana
ini.” kata Ilham.
“Tidak perlu.” Imam mulai membuka mulutnya. “Kalau
memang ini demi menjebak rencana gila Dhea,”
Imam mulai mengatur nafasnya, “Gw setuju.”
Semua orang yang berada di situ tersenyum. “Mari
kita mainkan drama gila ini.” ucap mereka serempak.
.
OOOoooOOO
.
Aku di ceritain sama Agristya, Citra, Astri, Kak
Imam dan Kak Ilham semua masalah disini. Dan ternyata aku menjadi korban dalam
drama ini. Dan yang bikin aku kaget Astri dan Ilham sudah cukup lama pacaran,
tapi agar kedok Dhea tebongkar. Ilham pura-pura pacaran sama aku biar Dhea akan
menghamcurkan pesahabatan kami berempat. Tapi kenapa aku gak sakit hati
melainkan senang. Aku menengok kea rah Kak Imam yang kini berada di tempatku.
Tiba-tiba saja mukaku jadi merah dan salah tingkah gini. Kak Imam kok jadi
terlihat tampan dengan rambut bagian depan di keatasin
.
“Dek” Kak Imam memanggilku dan aku langsung
garuk-garuk pipiku. Kak Imam memegang tanganku. “Maukah kau menjadi pacarku”
kata kak Imam aku langsung kaget setengah mati. Jatungku langsung berdetak dan
dengan releks aku memeluk Kak Imam dan begumam iya.
Kak Imam langsung membalas pelukanku. “Mulai
sekarang kau jadi milikku dan aku tak akan melepaskanmu. Sariku yang manja”
bisik Kak Imam dan membuatku semakin salah tingkah.
Semenjak kejadian itu kamu benar-benar sudah menjadi
sahabat dengan pasangan yang kami milikki dan kami cintai benar-benar. Tapi Kak
Imam mulai waspada sama teman cowokku. Tapi gak apalah aku sayang dia.
Tamat
=="
BalasHapusini blog mu ? ini toh yang bikin km sama aeir break?
foll back aku nyan...
@suRyouhie_j-Lover, iya . . . yg bikin blog aeir tp yg bikin cerita ini aku XDD
Hapus*O*
BalasHapusih.. waw~ (?)
Lanjut yah? XD
@Agristya Lizahayu, iyo entar versi 2 aku bikin dah mouto-chan
Hapus@suryouhie. apakah ini nie ? *ketok" kelapa* iyo XD
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus